BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pertumbuhan
dan perkembangan pada anak dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif,
artinya pengukuran kuantitatif dapat mengukur pertumbuhan yang bisa terlihat
secara nyata contohnya tinggi badan dan berat badan, sedangkan pengukuran kualitatif digunakan
untuk mengukur perkembangan anak yang tidak terlihat secara nyata namun dengan beberapa kriteria tertentu dapat
mengukur perkembangan anak, contohnya perkembangan kognitif dan perkembangan
motorik anak. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak dilakukan untuk
melihat apakah anak sudah memiliki kemampuan atau pertumbuhan yang sesuai
dengan kriteria dalam umur mereka sebagai evaluasi untuk memberi makna dari hasil yang telah
diraih oleh individu. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi di masa anak-anak,
oleh karena itu butuh perhatian yang lebih khusus untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Cara
mengajarkan anak mengenal sesuatu dapat disesuaikan dengan perkembangan motorik
anak sesuai dengan umur mereka. Oleh karena itu kita perlu memahami apa yang dimaksud
dengan belajar. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh
kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik.
Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Perkembangan
motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan
individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk
kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa
awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan
suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah
raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari
permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain
kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan
memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan
berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih
kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka
panjang.
Perkembangan
motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada
dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot
anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang
dikontrol oleh otak.
Tidak banyak
orangtua yang mengerti bahwa keterampilan motorik kasar dan halus seorang anak
perlu dilatih dan dikembangkan setiap saat dengan berbagai aktivitas.
Pengembangan ini memungkinkan seorang anak melakukan berbagai hal dengan lebih
baik, termasuk di dalamnya pencapaian dalam hal akademis dan fisik.
Perkembangan
fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan saraf, otot dan otak.
Perkembangan
motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan
tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota
tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya kemampuan
untuk duduk, menendang, berlari dll, sedangkan motorik halus adalah gerakan
yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya memindahkan
benda dari tangan, mencoret, menyusun, menggunting, dan menulis.
Perkembangan
motorik anak merupakan salah satu aspek penting untuk kehidupannya karena
hakekatnya manusia hidup dengan terus bergerak.Oleh karena itu, perkembangan
motorik harus mendapatkan perhatian khusus, disamping karena gerak merupakan
kebutuhan manusia tetapi juga sebagai acuan untuk pembinaan manusia yang
berkualitas di masa depan. Saputra (2010:1.17) menyatakan bahwa “Perkembangan
motorik merupakan suatu proses yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
secara bertahap dan berkesinambungan gerakan pada individu yang meningkat dari
keadaan yang sederhana, tidak terorganisasi dan tidak terampil ke arah performa
gerak yang lebih kompleks dan terorganisasi dengan baik”. Sejalan dengan
bertambahnya usia maka perkembangan motorik
anak pun akan berkembang.Tetapi banyak faktor yang bisa mempengaruhi
terhambatnya perkembangan motorik anak, salah satunya adalah
lingkungan.Lingkungan keluarga, sekolah dan tempat bermain anak akan
mempengaruhi perkembangan motorik anak, seperti dikatakan oleh Heywood
(1993:304) bahwa “People and situations
continue to influence individuals in their choice of activities throughout
life”. Pernyataan ini memperkuat bahwa peran lingkungan berpengaruh pada
pilihan anak untuk beraktifitas sepanjang hidupnya.
Lingkungan
tempat tinggal anak berbeda satu sama lainnya, di daerah perkotaan yang
memiliki lahan yang sedikit untuk melakukan aktivitas gerak dan budaya hidup
yang serba praktis akan menghambat perkembangan anak, sedangkan di lingkungan
pedesaan yang cenderung memberikan kesempatan yang banyak bagi anak untuk
bergerak secara aktif karena lahannya yang tersedia secara luas dan budaya
hidup sehat yang selalu berjalan kaki. Heywood (1993:309) mengatakan bahwa “A child who lacks an adecuate play space
has a diminished opportunity to get involved in activity and practice skills”.
Artinya, seorang anak yang bermain di lingkungan yang sempit akan memiliki
kesempatan yang sedikit dalam aktivitas fisiknya dan berlatih keterampilan,
oleh karena itu perkembangan motorik anak yang berada di kota cenderung lebih
rendah apabila dibandingkan dengan anak yang ada di desa.
Terlepas
dari lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak,
usia anak juga berpengaruh pada perkembangan motoriknya. Usia anak yang berbeda
akan menentukan tahap perkembangan berbeda pula pada tahap perkembangan
motoriknya. Anak usia8-12 tahun sudah bisa diukur perkembangan motoriknya
secara kualitatif. Gallahue (1996:22) menyebutkan tentang karakteristik
perkembangan motorik anak di masa later childhood atau berumur 8-12 tahun,
bahwa “Perceptual abilities become
increasingly refined.The sensorimotor apparaturs work in ever greater harmony,
so that by the end of this period, children can perform numerous sophisticated
skills”.Kemampuan anak dalam perceptual pada masa ini sudah mulai meningkat
dan bekerja secara harmony untuk belajar gerak sehingga pada akhirnya dapat
menunjukan keterampilan geraknya.Mereka sudah mulai bisa menaunjukan penampilan
keterampilan motoriknya dalam gerakan lokomotor maupun manipulative.Heywood
(1993:172) memaparkan bahwa “During
childhood, basic skill performance improves. As children advance in age, they
ten to progress to movement patterns that optimize their performance”.Anak
usia 8-12 tahun cenderung dapat memperlihatkan pola gerakan dan kemampuannya
untuk menampilkan gerakan lokomotor berupa running,
gallop, sliding, leaping, jumping, skiping dan hopping juga gerakan
manipulative berupa striking, ball
bouncing, catching, kicking dan throwing.
B.
IDENTIFIKASI
DAN PERUMUSAN MASALAH
Ternyata perkembangan motorik seorang anak seringkali berbeda dengan
anak lainnnya.Perkembangan
motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa
dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa
setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat
dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa
menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Demikian pula stimulasi
lingkungan, status gizi, ras dan genetik mempunyai pengaruh penting dalam
perkembangan motorik. Pada
kelompok anak tertentu sangat lentur dan tertarik pada senam dan olah raga yang
teratur.Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang lebih
baik.Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan
menulis lebih mudah dilakukan.
Karakteristik
perkembangan motorik anak yang berada dalam masa later childhood sekitar 8-12
tahun menurut Gallahue (1996:22) adalah “Fundamental
motor skill should be well develoved by the beginning of this period, and
children are ready to be introduced to a variety sport skills”. Anak usia
8-12 tahun sudah seharusnya menguasai gerakan fundamental skill. Namun, dalam
proses perkembangan motorik seringkali lingkungan menjadi faktor pernghambat
perkembangan anak. Gaya hidup anak yang menjadi pembeda dari anak yang berada
di desa dan anak yang berada di kota. Adanya lahan yang luas di pedesaan
memungkinkan anak untuk dapat lebih mengeksplor gerakan mereka dengan banyak
melakukan aktivitas jasmani untuk pergi ke suatu tempat seperti berjalan dan
berlari ataupun bermain dengan teman-temannya. Sedangkan anak yang ada di kota
senantiasa difasilitasi dengan budaya hidup serba praktis, artinya anak tidak
perlu berjalan atau berlari untuk pergi ke sekolah, adapun ada lahan bermain di
halaman rumah atau pun sekolah lahan itu sangatlah terbatas.
Mini research
ini membahas tentang perbedaan yang mungkin terjadi antara perkembangan motorik
anak usia 7-12 tahun yang berada di desa dan di kota, adapun pertanyaan
permasalahannya adalah:
1. Bagaimana
profil perkembangan motorik anak usia 7-12 tahun pada anak di desa dan di kota?
2. Apakah
terdapat perbedaan antara perkembangan motorik anak usia 7-12 tahun pada anak
di desa dan di kota?
C.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dintaranya adalah:
1. Untuk
mengetahui profil perkembangan motorik anak usia8-12 tahun pada anak di desa
dan di kota.
2. Untuk
mengetahuai apakah terdapat perbedaan antara perkembangan motorik anak usia8-12
tahun pada anak di desa dan di kota.
D.
MANFAAT
Jika
tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian
ini adalah sebagi berikut.
1. Secara Teoritis, mini
research ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan
informasi serta memberi gambaran bahwa perkembangan
motorik anak merupakan dasar bagi pembinaan anak dalam permorma olaharaga di
masa yang akan datang.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan
acuan dan bahan masukan bagi guru dan orang tua
tentang pentingnya memperhatikan perkembangan motorik anak.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA, KERENGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A.
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Karakteristik
Perkembangan Motorik anak Usia 8-12 tahun
Gallahue
(1996:22) mengklasifikasi anak ke dalam dua kategori, yaitu early childhood
(3-8 tahun) dan later childhood (8-12 tahun) untuk melihat perbedaan
pertumbuhan dan perkembangannya. Tentang karakteristik perkembangan motorik
pada anak di masa later childhood
atau berumur 8-12 tahun, Gallahue (1996:22)
menyatakan bahwa “Perceptual
abilities become increasingly refined. The sensorimotor apparaturs work in ever
greater harmony, so that by the end of this period, children can perform
numerous sophisticated skills”. Kemampuan anak dalam perceptual pada masa
ini sudah mulai meningkat dan bekerja secara harmony untuk belajar gerak
sehingga pada akhirnya dapat menunjukan keterampilan geraknya.Mereka sudah
mulai bisa menaunjukan penampilan keterampilan gerak dasar yaitu lokomotor dan
manipulative.
Gallahue
(1996:279) menyatakan bahwa keterampilan gerak dasar lokomotor, yaitu: “Total body movement in wich the body is
propelled in an upright posture from one point to the onother in a roughly
horizontal or vertical direction, movement such walking, running, hopping,
galloping, leaping, sliding and jumping”.Jadi keterampilan dasar lokomotor
adalah gerakan tubuh yang terjadi karena tubuh menggerakan posisi badan yang
semula tegak menjadi bergerak ke suatu tempat ke tempat lain dengan arah
horizontal maupun vertical yang terdiri dari berjalan, berlari, melonjat dan
melompat.
Sedangkan
keterampilan gerak dasar manipulative menurut Gallahue (1996:279) menyatakan
bahwa keterampilan gerak manipulative, yaitu:“Gross body movement in wich force is imparted to or received from
object, suc as throwing, cathing, kicking, dribbling and striking”.
Artinya, gerak dasar manipulative adalah gerakan kasar dengan menggunakan
tenaga untuk memberi atau menerima suatu objek, seperti melempar, menangkap,
menendang, memantulkan dan memukul.
2.
Pengaruh
Lingkungan terhadap perkembangan motorik anak
Lingkungan
merupakan tempat bersosialisasi anak yang secara langsung akan memiliki peranan
dalam perkembangan motorik anak. Proses sosialisasi anak dengan orang lain
dalam lingkungannya menjadikan acuan bagi anak untuk melakukan aktivitas
jasmani. Pada dasarnya anak-anak adalah manusia homoluden atau sering disebut manusia yang suka bermain. Lingkungan
merupakan tempat anak bermain, baik di halaman rumah, sekolah,taman, dll.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan motorik anak, Haywood (1993:325) membagi faktor lingkungan yang
bisa berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan motorik anak, yaitu kondisi
ekonomi, kegiatan bermain anak di lingkungan (halaman rumah) dan sosialisasi ke
dalam olahraga.
Lingkungan
di daerah pedesaan memiliki karakteristik lahan yang luas dan budaya hidup
aktif masih nampak.Anak yang berada di daerah pedesaan memiliki kesempatan yang
besar untuk selalu aktif melakukan kegiatan aktifitas jasmani dengan cara
bermain di halaman rumah. Berbeda dengan anak yang berada di lingkungan
perkotaan dengan karakteristik lahan untuk bermain yang sempit menjadikan anak
memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk bermain, walaupun banyak jenis
permainan yang disediakan untuk karakteristik anak di kota. Heywood (1993:309)
mengatakan bahwa “A child who lacks an
adecuate play space has a diminished opportunity to get involved in activity
and practice skills”. Artinya, seorang anak yang bermain di lahan yang
sempit akan memiliki kesempatan yang sedikit dalam aktivitas fisiknya dan
berlatih keterampilan motorik lainnya.
Haywood
(1993:310) memaparkan bahwa “The
traditional boy’s games are typically complex and involved strategy. They
encourage work toward specific goals and promote negotiation to sattle disputes
over rules. Traditional girls games on the other hand, are typically
noncompetitive”. Karakteristik permainan yang sering dilakukan oleh anak
laki-laki biasanya membutuhkan tenaga dan daya tahan untuk melakukannya, karena
banyak permainan yang memiliki tipe yang komplek dari berbagai keterampilan
gerakan dasar seperti permainan sondah, kasti, bebentengan, dll.Namun, tidak
sedikit anak perempuan ikut terlibat dalam adegan permainan tersebut.
B.
KERANGKA
PEMIKIRAN
Perkembangan
motorik anak usia 8-12 tahun seharusnya sudah bisa menapilkan gerakan-gerakan
keterampilan dasar dengan lebih sempurna dan dapat
Lebih memiliki pola gerakan yang
jelas untuk dapat diukur. Karakteristik anak usia 8-12 tahun pada laki-laki dan
perempuan menurut Gallahue (1996:33) adalah “Both
girls and boys are full of energy but often prossess low endurance levels.
Responsiveness to training is, however, great”. Antara laki-laki dan
perempuan memiliki energi yang banyak untuk melakukan aktifitas jasmani, namun
dalam prosesnya akan tampak perbedaan karena level daya tahan antara keduanya
bisa saja berbeda, bergantung pada respon mereka terhadap latihan aktifitas
fisik yang mereka lakukan. Pebedaan penguasaan gerakan dasar yang terlihat
antara anak laki-laki dan perempuan tidak hanya didominasi oleh laki-laki,
contohnya Saputra (2010:5.17) menyebutkan bahwa “Anak perempuan lebih cepat
yaitu pada usia 6,5 tahun sudah menguasai keterampilan menangkap (cathing)
dengan gerak yang baik. Sedangkan pada laki-laki baru dapat dikuasai secara
baik pada usia 7 tahun ke atas”. Sedangkan contoh anak laki-laki yang lebih
dominan penguasaan geraknya adalah memukul (stricking), anak laki-laki pada
usia 7-8 tahun sudah dapat menguasai gerakan memukul dengan baik, sedangkan
pada anak perempuan baru bisa melakukannya pada usia 9-10 tahun.
Perkembangan
motorik pada anak senantiasa merupakan interaksi dari tingkah laku anak dengan
lingkungannya. Gallahue (1996:22) menyatakan bahwa “Motor development is the progressive change in ones’s movement
behavior brought about by interaction of individual with the invironment and
the task’’.Perkemabangan motorik anak dapat berbeda karena beberapa faktor,
salah satunya faktor lingkungan.Heywood (1993:309) mengatakan bahwa “A child who lacks an adecuate play space
has a diminished opportunity to get involved in activity and practice skills”.
Artinya, seorang anak yang bermain di lahan yang sempit akan memiliki kesempatan
yang sedikit dalam aktivitas fisiknya dan berlatih keterampilan motorik lainnya,
oleh karena itu perkembangan motorik anak yang berada di kota dengan lahan yang
sempit cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak yang ada di
desa.
Tulisan yang bagus dan enak untuk dibaca. Mudah difahami. Saya mohon ijin untuk membacanya dan menjadikan referensi tambahan sumber2 mengajar. Dr. Yudy Hendrayana
BalasHapusTernyata Implementasi proses motorik dalam terjadinya gerak sangat besar manfaatnya bagi manusia. Terima kasih atas tulisannya, sangat membantu dan mengilhami sekali :D
BalasHapusterimakasih, sangat membantu untuk tambahan referensi
BalasHapus