Minggu, 13 Oktober 2013

Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pertumbuhan dan perkembangan pada anak dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif, artinya pengukuran kuantitatif dapat mengukur pertumbuhan yang bisa terlihat secara nyata contohnya tinggi badan dan berat badan,  sedangkan pengukuran kualitatif digunakan untuk mengukur perkembangan anak yang tidak terlihat secara nyata  namun dengan beberapa kriteria tertentu dapat mengukur perkembangan anak, contohnya perkembangan kognitif dan perkembangan motorik anak. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan anak dilakukan untuk melihat apakah anak sudah memiliki kemampuan atau pertumbuhan yang sesuai dengan kriteria dalam umur mereka sebagai evaluasi  untuk memberi makna dari hasil yang telah diraih oleh individu. Pertumbuhan dan perkembangan terjadi di masa anak-anak, oleh karena itu butuh perhatian yang lebih khusus untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Cara mengajarkan anak mengenal sesuatu dapat disesuaikan dengan perkembangan motorik anak sesuai dengan umur mereka. Oleh karena itu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan belajar. Belajar adalah proses transformasi ilmu guna memperoleh kompetensi, keterampilan, dan sikap untuk membawa perubahan yang lebih baik. Sedangkan kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem dan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi agar anak-anak mempelajari olah raga dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut berpartisipasi. Hindari permainan di mana seseorang atau sekelompok orang menang dan kelompok lain kalah. Anak-anak yang secara terus menerus kalah dalam sebuah permainan memiliki kecenderungan merasa kurang percaya akan kemampuannya dan akan berkenti berpartisipasi. Tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang.
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Tidak banyak orangtua yang mengerti bahwa keterampilan motorik kasar dan halus seorang anak perlu dilatih dan dikembangkan setiap saat dengan berbagai aktivitas. Pengembangan ini memungkinkan seorang anak melakukan berbagai hal dengan lebih baik, termasuk di dalamnya pencapaian dalam hal akademis dan fisik.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot dan otak.
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya kemampuan untuk duduk, menendang, berlari dll, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya memindahkan benda dari tangan, mencoret, menyusun, menggunting, dan menulis.

Perkembangan motorik anak merupakan salah satu aspek penting untuk kehidupannya karena hakekatnya manusia hidup dengan terus bergerak.Oleh karena itu, perkembangan motorik harus mendapatkan perhatian khusus, disamping karena gerak merupakan kebutuhan manusia tetapi juga sebagai acuan untuk pembinaan manusia yang berkualitas di masa depan. Saputra (2010:1.17) menyatakan bahwa “Perkembangan motorik merupakan suatu proses yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan pada individu yang meningkat dari keadaan yang sederhana, tidak terorganisasi dan tidak terampil ke arah performa gerak yang lebih kompleks dan terorganisasi dengan baik”. Sejalan dengan bertambahnya usia  maka perkembangan motorik anak pun akan berkembang.Tetapi banyak faktor yang bisa mempengaruhi terhambatnya perkembangan motorik anak, salah satunya adalah lingkungan.Lingkungan keluarga, sekolah dan tempat bermain anak akan mempengaruhi perkembangan motorik anak, seperti dikatakan oleh Heywood (1993:304) bahwa “People and situations continue to influence individuals in their choice of activities throughout life”. Pernyataan ini memperkuat bahwa peran lingkungan berpengaruh pada pilihan anak untuk beraktifitas sepanjang hidupnya.
Lingkungan tempat tinggal anak berbeda satu sama lainnya, di daerah perkotaan yang memiliki lahan yang sedikit untuk melakukan aktivitas gerak dan budaya hidup yang serba praktis akan menghambat perkembangan anak, sedangkan di lingkungan pedesaan yang cenderung memberikan kesempatan yang banyak bagi anak untuk bergerak secara aktif karena lahannya yang tersedia secara luas dan budaya hidup sehat yang selalu berjalan kaki. Heywood (1993:309) mengatakan bahwa “A child who lacks an adecuate play space has a diminished opportunity to get involved in activity and practice skills”. Artinya, seorang anak yang bermain di lingkungan yang sempit akan memiliki kesempatan yang sedikit dalam aktivitas fisiknya dan berlatih keterampilan, oleh karena itu perkembangan motorik anak yang berada di kota cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak yang ada di desa.
Terlepas dari lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak, usia anak juga berpengaruh pada perkembangan motoriknya. Usia anak yang berbeda akan menentukan tahap perkembangan berbeda pula pada tahap perkembangan motoriknya. Anak usia8-12 tahun sudah bisa diukur perkembangan motoriknya secara kualitatif. Gallahue (1996:22) menyebutkan tentang karakteristik perkembangan motorik anak di masa later childhood atau berumur 8-12 tahun, bahwa “Perceptual abilities become increasingly refined.The sensorimotor apparaturs work in ever greater harmony, so that by the end of this period, children can perform numerous sophisticated skills”.Kemampuan anak dalam perceptual pada masa ini sudah mulai meningkat dan bekerja secara harmony untuk belajar gerak sehingga pada akhirnya dapat menunjukan keterampilan geraknya.Mereka sudah mulai bisa menaunjukan penampilan keterampilan motoriknya dalam gerakan lokomotor maupun manipulative.Heywood (1993:172) memaparkan bahwa “During childhood, basic skill performance improves. As children advance in age, they ten to progress to movement patterns that optimize their performance”.Anak usia 8-12 tahun cenderung dapat memperlihatkan pola gerakan dan kemampuannya untuk menampilkan gerakan lokomotor berupa running, gallop, sliding, leaping, jumping, skiping dan hopping juga gerakan manipulative berupa striking, ball bouncing, catching, kicking dan throwing.

B.     IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Ternyata perkembangan motorik seorang anak seringkali berbeda dengan anak lainnnya.Perkembangan motorik berbeda tingkatannya pada setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah menggunakan gunting sementara yang lainnya mungkin akan bisa setelah berusia lima atau enam tahun. Anak tertentu mungkin akan bisa melopmat dan menangkap bola dengan mudah sementara yang lainnya mungkin hanya bisa menangkap bola yang besar atau berguling-guling. Demikian pula stimulasi lingkungan, status gizi,  ras dan genetik mempunyai pengaruh penting dalam perkembangan motorik.            Pada kelompok anak tertentu sangat lentur dan tertarik pada senam dan olah raga yang teratur.Mereka mengembangkan kemampuan motorik yang lebih baik.Kegiatan-kegiatan seperti memakai baju, menggunting, menggambar dan menulis lebih mudah dilakukan.
Karakteristik perkembangan motorik anak yang berada dalam masa later childhood sekitar 8-12 tahun menurut Gallahue (1996:22) adalah “Fundamental motor skill should be well develoved by the beginning of this period, and children are ready to be introduced to a variety sport skills”. Anak usia 8-12 tahun sudah seharusnya menguasai gerakan fundamental skill. Namun, dalam proses perkembangan motorik seringkali lingkungan menjadi faktor pernghambat perkembangan anak. Gaya hidup anak yang menjadi pembeda dari anak yang berada di desa dan anak yang berada di kota. Adanya lahan yang luas di pedesaan memungkinkan anak untuk dapat lebih mengeksplor gerakan mereka dengan banyak melakukan aktivitas jasmani untuk pergi ke suatu tempat seperti berjalan dan berlari ataupun bermain dengan teman-temannya. Sedangkan anak yang ada di kota senantiasa difasilitasi dengan budaya hidup serba praktis, artinya anak tidak perlu berjalan atau berlari untuk pergi ke sekolah, adapun ada lahan bermain di halaman rumah atau pun sekolah lahan itu sangatlah terbatas.
Mini research ini membahas tentang perbedaan yang mungkin terjadi antara perkembangan motorik anak usia 7-12 tahun yang berada di desa dan di kota, adapun pertanyaan permasalahannya adalah:
1.      Bagaimana profil perkembangan motorik anak usia 7-12 tahun pada anak di desa dan di kota?
2.      Apakah terdapat perbedaan antara perkembangan motorik anak usia 7-12 tahun pada anak di desa dan di kota?


C.    TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini dintaranya adalah:
1.      Untuk mengetahui profil perkembangan motorik anak usia8-12 tahun pada anak di desa dan di kota.
2.      Untuk mengetahuai apakah terdapat perbedaan antara perkembangan motorik anak usia8-12 tahun pada anak di desa dan di kota.

D.       MANFAAT
Jika tujuan penelitian ini tercapai, manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagi berikut.
1.      Secara Teoritis, mini research ini dapat dijadikan sumbangan pikiran dan bahan informasi serta memberi gambaran bahwa perkembangan motorik anak merupakan dasar bagi pembinaan anak dalam permorma olaharaga di masa yang akan datang.
2.      Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan bahan masukan bagi guru dan orang tua tentang pentingnya memperhatikan perkembangan motorik anak.








BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERENGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.    KAJIAN PUSTAKA
1.      Karakteristik Perkembangan Motorik anak Usia 8-12 tahun
Gallahue (1996:22) mengklasifikasi anak ke dalam dua kategori, yaitu early childhood (3-8 tahun) dan later childhood (8-12 tahun) untuk melihat perbedaan pertumbuhan dan perkembangannya. Tentang karakteristik perkembangan motorik pada anak di masa later childhood atau berumur 8-12 tahun, Gallahue (1996:22)  menyatakan bahwa “Perceptual abilities become increasingly refined. The sensorimotor apparaturs work in ever greater harmony, so that by the end of this period, children can perform numerous sophisticated skills”. Kemampuan anak dalam perceptual pada masa ini sudah mulai meningkat dan bekerja secara harmony untuk belajar gerak sehingga pada akhirnya dapat menunjukan keterampilan geraknya.Mereka sudah mulai bisa menaunjukan penampilan keterampilan gerak dasar yaitu lokomotor dan manipulative.
Gallahue (1996:279) menyatakan bahwa keterampilan gerak dasar lokomotor, yaitu: “Total body movement in wich the body is propelled in an upright posture from one point to the onother in a roughly horizontal or vertical direction, movement such walking, running, hopping, galloping, leaping, sliding and jumping”.Jadi keterampilan dasar lokomotor adalah gerakan tubuh yang terjadi karena tubuh menggerakan posisi badan yang semula tegak menjadi bergerak ke suatu tempat ke tempat lain dengan arah horizontal maupun vertical yang terdiri dari berjalan, berlari, melonjat dan melompat.
Sedangkan keterampilan gerak dasar manipulative menurut Gallahue (1996:279) menyatakan bahwa keterampilan gerak manipulative, yaitu:“Gross body movement in wich force is imparted to or received from object, suc as throwing, cathing, kicking, dribbling and striking”. Artinya, gerak dasar manipulative adalah gerakan kasar dengan menggunakan tenaga untuk memberi atau menerima suatu objek, seperti melempar, menangkap, menendang, memantulkan dan memukul.
2.      Pengaruh Lingkungan terhadap perkembangan motorik anak
Lingkungan merupakan tempat bersosialisasi anak yang secara langsung akan memiliki peranan dalam perkembangan motorik anak. Proses sosialisasi anak dengan orang lain dalam lingkungannya menjadikan acuan bagi anak untuk melakukan aktivitas jasmani. Pada dasarnya anak-anak adalah manusia homoluden atau sering disebut manusia yang suka bermain. Lingkungan merupakan tempat anak bermain, baik di halaman rumah, sekolah,taman, dll. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan motorik anak, Haywood (1993:325) membagi faktor lingkungan yang bisa berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan motorik anak, yaitu kondisi ekonomi, kegiatan bermain anak di lingkungan (halaman rumah) dan sosialisasi ke dalam olahraga.
Lingkungan di daerah pedesaan memiliki karakteristik lahan yang luas dan budaya hidup aktif masih nampak.Anak yang berada di daerah pedesaan memiliki kesempatan yang besar untuk selalu aktif melakukan kegiatan aktifitas jasmani dengan cara bermain di halaman rumah. Berbeda dengan anak yang berada di lingkungan perkotaan dengan karakteristik lahan untuk bermain yang sempit menjadikan anak memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk bermain, walaupun banyak jenis permainan yang disediakan untuk karakteristik anak di kota. Heywood (1993:309) mengatakan bahwa “A child who lacks an adecuate play space has a diminished opportunity to get involved in activity and practice skills”. Artinya, seorang anak yang bermain di lahan yang sempit akan memiliki kesempatan yang sedikit dalam aktivitas fisiknya dan berlatih keterampilan motorik lainnya.
Haywood (1993:310) memaparkan bahwa “The traditional boy’s games are typically complex and involved strategy. They encourage work toward specific goals and promote negotiation to sattle disputes over rules. Traditional girls games on the other hand, are typically noncompetitive”. Karakteristik permainan yang sering dilakukan oleh anak laki-laki biasanya membutuhkan tenaga dan daya tahan untuk melakukannya, karena banyak permainan yang memiliki tipe yang komplek dari berbagai keterampilan gerakan dasar seperti permainan sondah, kasti, bebentengan, dll.Namun, tidak sedikit anak perempuan ikut terlibat dalam adegan permainan tersebut.

B.        KERANGKA PEMIKIRAN
Perkembangan motorik anak usia 8-12 tahun seharusnya sudah bisa menapilkan gerakan-gerakan keterampilan dasar dengan lebih sempurna dan dapat
Lebih memiliki pola gerakan yang jelas untuk dapat diukur. Karakteristik anak usia 8-12 tahun pada laki-laki dan perempuan menurut Gallahue (1996:33) adalah “Both girls and boys are full of energy but often prossess low endurance levels. Responsiveness to training is, however, great”. Antara laki-laki dan perempuan memiliki energi yang banyak untuk melakukan aktifitas jasmani, namun dalam prosesnya akan tampak perbedaan karena level daya tahan antara keduanya bisa saja berbeda, bergantung pada respon mereka terhadap latihan aktifitas fisik yang mereka lakukan. Pebedaan penguasaan gerakan dasar yang terlihat antara anak laki-laki dan perempuan tidak hanya didominasi oleh laki-laki, contohnya Saputra (2010:5.17) menyebutkan bahwa “Anak perempuan lebih cepat yaitu pada usia 6,5 tahun sudah menguasai keterampilan menangkap (cathing) dengan gerak yang baik. Sedangkan pada laki-laki baru dapat dikuasai secara baik pada usia 7 tahun ke atas”. Sedangkan contoh anak laki-laki yang lebih dominan penguasaan geraknya adalah memukul (stricking), anak laki-laki pada usia 7-8 tahun sudah dapat menguasai gerakan memukul dengan baik, sedangkan pada anak perempuan baru bisa melakukannya pada usia 9-10 tahun.
Perkembangan motorik pada anak senantiasa merupakan interaksi dari tingkah laku anak dengan lingkungannya. Gallahue (1996:22) menyatakan bahwa “Motor development is the progressive change in ones’s movement behavior brought about by interaction of individual with the invironment and the task’’.Perkemabangan motorik anak dapat berbeda karena beberapa faktor, salah satunya faktor lingkungan.Heywood (1993:309) mengatakan bahwa “A child who lacks an adecuate play space has a diminished opportunity to get involved in activity and practice skills”. Artinya, seorang anak yang bermain di lahan yang sempit akan memiliki kesempatan yang sedikit dalam aktivitas fisiknya dan berlatih keterampilan motorik lainnya, oleh karena itu perkembangan motorik anak yang berada di kota dengan lahan yang sempit cenderung lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak yang ada di desa.


3 komentar:

  1. Tulisan yang bagus dan enak untuk dibaca. Mudah difahami. Saya mohon ijin untuk membacanya dan menjadikan referensi tambahan sumber2 mengajar. Dr. Yudy Hendrayana

    BalasHapus
  2. Ternyata Implementasi proses motorik dalam terjadinya gerak sangat besar manfaatnya bagi manusia. Terima kasih atas tulisannya, sangat membantu dan mengilhami sekali :D

    BalasHapus
  3. terimakasih, sangat membantu untuk tambahan referensi

    BalasHapus