BAB I
A. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali kita
menemukan kasus sesorang yang begitu ingin berkuasa, entah itu dalam keluarga,
lingkungan rumah, bahkan negara sekalipun. Dalam dunia olahraga npow
juga dapat kita temui, contohnya ketika seorang penjaga gawang mempertahankan gawangnya
dari kemasukan. Apa yang mendasari motivasi ini dan apa saja bentuknya menjadi
daya tarik sendiri bagi saya untuk menulis makalah ini. Adapun makalah ini juga
ditujukan untuk memenuhi tugas Psikologi Olahraga Universitas Pendidikan
Indonesia.
BAB II
A. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah sebuah alasan atau
dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali
disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar
maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari
dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi
dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara
meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita.
Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih
kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Uang bisa menjadi
motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit. Jika kita
memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan seseorang
mencari uang untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang mengejar
uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang untuk
meraih kenikmatan.
Menurut
Ellen A. Benowitz (2001:127) motivasi adalah “kekuatan yang menyebabkan
individu bertindak dengan cara tertentu. Orang punya motivasi tinggi akan lebih
giat bekerja, sementara yang rendah akan sebaliknya.” John R.
Schemerhorn, et.al. (2002:147) mendefinisikan motivasi sebagai
“mengacu pada pendorong di dalam diri individu yang berpengaruh atas tingkat,
arah, dan gigihnya upaya seseorang dalam pekerjaannya.” Laurie J. Mullins
(2005:471) mendefinisikan motivasi sebagai “arahan dan kegigihan tindakan.”
Motivasi menurut Martin Covington (1992:12-13)
adalah
“... deals with the why of behavior: Why
for example, do individuals choose to work on certain tasks and not on others:
why do they exhibit more or less energy in the pursuit of these tasks and why
do some people persist until the task is completed, whereas others give up
before they really starts, or in some cases pursue more elegant solutions long
after perfectly sensible answers have presented theselves.”
Definisi
lain mengenai motivasi diajukan oleh Jere E. Brophy. Menurut Brophy (2004:4),
motivasi adalah “ ... a theoretical construct used to explain the
initiation, direction, intensity, persistence, and quality of behavior,
especially goal-directed behavior. Motives are hypotetical constructs used to
explain why people are doing what they are doing.” Selanjutnya, Jere E. Brophy mengutarakan bahwa
“... motivation is subjective and focused on the reasons behind our
choices and actions.”
Bagi Brophy, motivasi perlu
dibedakan dengan tujuan maupun strategi. Ia
memberi contoh, respon seseorang atas lapar (motivasi) adalah dengan pergi ke
restoran (strategi) untuk mendapatkan makanan (tujuan). Hal yang senada dengan
Brophy juga diujar oleh Donna Walker Tileston (2004:2) bahwa “... motivation
relates to the drive to do something. Motives are usually construed as
relatively general needs or desires that energize people to initiate purposeful
action sequences.
Sehubungan
dengan dunia kerja, terdapat 2 jenis motivasi yaitu : (1) Motivasi Intrinsik
dan (2) Motivasi Ekstrinsik. Motivasi intrinsik berhubungan dengan reward nyata
seperti gaji, keamanan posisi, promosi, kontrak, lingkungan kerja, dan kondisi
kerja. Sebagian besar dari reward nyata ini ada di level
organisasi dan berada di luar kewenangan manajer selaku individu.
Motivasi
intrinsik berhubungan dengan reward yang bersifat psikologis
seperti kesempatan menggunakan kemampuan, rasa tertantang untuk berprestasi,
menerima pujian, pengakuan positif, dan diperlakukan secara baik. Reward psikologis
ini dapat diupayakan oleh manajer selaku individu karena berada di dalam
kemampuannya.
B.
Teori Motivasi
David McClelland (1917 -
1998), psikolog terkenal, pada akhir 1961 pernah menulis: “…motivation and performance vary according to
the strength of an individual’s need for achievement”( http://www.totoksugiharto.com/motivasi-untuk-berkuasa/).
Salah satu teori yang disumbangkan oleh McClelland adalah Teori Kebutuhan Diperoleh,
dimana seseorang dapat termotivasi karena ingin berprestasi, berafiliasi dan
berkuasa.
Teori Kebutuhan Diperoleh berpendapat bahwa orang termotivasi
oleh kebutuhan mereka baik karena untuk prestasi, kekuasaan, dan afiliasi.
Namun, McClelland bukanlah satu-satunya penyumbang utama Teori
Kebutuhan Diperoleh ini. Selain McClelland, teori ini juga dikembangkan
oleh Henry Murray untuk kemudian diadaptasi oleh John Atkinson.
Penting
pula untuk memahami seberapa dekat hubungan antara sifat, perilaku, dan
motivasi. Kebutuhan Diperoleh juga secara luas
diklasifikasikan sebagai bentuk hubungan antara sifat dengan motivasi sejak
McClelland dan lainnya yakin bahwa kebutuhan sesungguhnya lebih didasarkan pada
sifat personal seseorang. Setiap orang punya tingkat kebutuhan yang
berbeda-beda. Kebutuhan afiliasi McClelland secara esensial sama dengan
kebutuhan kepemilikan dari Maslow; kekuasaan dan prestasi berhubungan dengan
perhargaan, aktualisasi diri, dan perkembangan diri. Teori motivasi McClelland
tidak memasukkan kebutuhan tingkat rendah seperti fisiologis dan keamanan.
Teori Kebutuhan diperoleh menyatakan
bahwa semua orang punya kebutuhan untuk berprestasi,
berkuasa, dan berafiliasi, tetapi berbeda derajatnya. Terdapat sejumlah
fenomena yang mengindikasikan bahwa pria cenderung lebih berorientasi pada
prestasi dan kekuasaan sementara perempuan cenderung lebih berorientasi
hubungan. Sejumlah gagasan dasar bagi pemotivasian pekerja harus didasarkan
pada upaya pemenuhan kebutuhan dominan mereka, dimana:
1.1 Memotivasi pekerja
dengan nAch tinggi. Berikan mereka tugas yang menantang dan
bersifat tidak rutin, dengan tujuan yang jelas dan bisa dicapai. Berikan mereka
umpan balik yang sering dan cepat mengenai kinerja yang mereka tunjukkan.
Secara terus-menerus, tingkatkan pertanggungjawaban mereka dalam melakukan hal
baru.
1.2 Memotivasi pekerja
dengan nPow (berkuasa) tinggi. Biarkan mereka berencana dan
mengendalikan pekerjaan mereka sebisa mungkin. Coba libatkan mereka dalam
pengambilan keputusan, utamanya tatkala mereka terkena dampak dari keputusan
tersebut. Mereka cenderung menunjukkan kinerja terbaiknya sendiri ketimbang
bersama anggota tim. Coba tempatkan mereka pada keseluruhan pekerjaan, bukan
sebagian dari pekerjaan.
1.3 Memotivasi pekerja
dengan nAff (afiliasi) tinggi. Pastikan mereka bekerja sebagai
bagian dari tim. Mereka merinci kepuasannya sendiri atas orang lain dengan mana
mereka bekerja ketimbang dari pekerjaan itu sendiri. Berikan mereka pujian dan
pengakuan yang besar. Delegasikan pertanggungjawaban untuk melakukan orientasi
dan pelatihan pekerja baru pada mereka.
Pendapat
yang lain mengenai motivasi yang kemudian menjadi beberapa teori yang masih
berkaitan dengan teori di atas, di antaranya :
·
Teori Insentif. Yaitu teori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau
mengambil tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan. Misalnya, Anda
mau bekerja dari pada sampai sore karena Anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan
intensif berupa gaji. Jika Anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda
pun akan bekerja lebih giat lagi. Yang dimaksud insentif bisa tangible atau
intangible. Seringkali sebuah pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah
motivasi yang besar.
·
Dorongan Bilogis. Maaf, yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk
didalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan,
tubuh kita akan bereaksi. Sebagai contoh, saat kita sedang haus, kita akan
lebih haus lagi saat melihat segelas sirup dingin kesukaan Anda. Perut kita
akan menjadi lapar saat mencipum bau masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini
adalah dorongan fitrah atau bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup
dan keberlangsungan hidup.
·
Teori Hirarki Kebutuhan Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki
kebutuhan Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan bertingkat.
Mulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan
pengakuan sosial, kebutuhan penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.
·
Takut Kehilangan vs Kepuasan. Teori ini mengatakan bahwa apda dasarnya ada dua faktor yang memotivasi
manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kempuasan (terpenuhinya kebutuhan).
Takut kehilangan adalah adalah ketakutan akan kehilangan yang sudah dimiliki.
Misalnya seseorang yang termotivasi berangkat kerja karena takut kehilangan
gaji. Ada juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan, dan ini
termasuk faktor kepuasan. Konon, faktor takut kehilangan lebih kuat dibanding
meraih kepuasan, meskipun pada sebagian orang terjadi sebaliknya.
·
Kejelasan Tujuan Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki
tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan
memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga
muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
C.
Motivasi Berkuasa
Motivasi berkuasa (nPoW) adalah
suatu kemampuan atau kapasitas dari seseorang untuk menghasilkan (baik disadari
atau tidak) pengaruh – pengaruh yang diharapkan pada perilaku atau motivasi
orang lain. Motivasi berkuasa biasanya ditunjukkan dalam hal jabatan. Banyak cara melihat motivasi sesorang dalam meraih jabatan. Salah
satunya, adalah orang yang banyak berbicara adalah mereka yang memiliki
motivasi berkuasa.
Ada beberapa ciri seseorang
dikatagorikan memiliki motivasi berkuasa. Diantaranya, orang tersebut memiliki
kesenangan dalam menasehati orang lain, memberikan opini dan penilaian, mencari
posisi untuk memimpin dan mendominasi, berbicara lancar dan banyak bicara.
”Pada dasarnya ada dua tipe manusia yang memiliki motivasi berkuasa. Pertama
tipe personal yang cenderung feodal, ingin selalu dominan, kurang tanggung
jawab, dan ingin dianggap pahlawan oleh bawahannya. Sedangkan tipe kedua adalah
keleluasaan institusional, tipe ini cenderung memiliki ciri positif. Misalnya
peduli dan senang bekerja. Banyak faktor yang dapat menimbulkan penurunan
kualitas seseorang dalam berperilaku dengan lingkungan sekitarnya akibat motivasi
kekuasaan yang ia miliki. Adanya motiv kekuasaan mendorong tingkah laku
seseorang untuk mempengaruhi orang lain dan mengendalikan lingkungannya.
Orang ini memiliki motivasi berkuasa.
Pada umumnya dia kurang matang
dalam bersosialisasi dan tidak dapat mengendalikan diri. Untuk menjaga citra
agar dapat dihargai, orang tersebut akan berharap dihargai dan dianggap oleh
orang lain dan akan menjaga gengsinya, dia akan menunjukkan perilaku konsumtif.
Disisi lain, lingkungan masyarakat memelihara nilai yang mendorong seseorang
untuk memunculkan motivasi berkuasa tipe personal dengan menghargai seseorang
karena jabatannya dan kekayaan seseorang sebagai kadar keberhasilan yang kasat
mata. Dengan demikian, banyak masyarakat yang akan mengejar jabatan dan
kekayaan dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan kekuasaan. Oleh karenanya
perilaku tidak terpuji sering terlihat. Seperti konflik antar kelompok,
korupsi, ingin menang sendiri, dan melakukan tindak kekerasan. Keadaan ini
tentu saja kurang baik bagi perkembangan lingkungan masyarakat.
Pada dasarnya banyak yang telah
dilakukan untuk menghilangkan motivasi kekuasaan negatif dalam masyarakat
Indonesia. Misalnya dengan memberikan pelatihan dan training motivasi dengan
biaya yang sangat mahal. Namun hingga saat ini hasil yang diharapkan belum
maksimal.
Oleh karenanya, perlu ada
peningkatan kualitas manusia melalui pengembangan kepribadian secara produktif,
saling menghargai, dan penegakan hukum secara penuh oleh aparat hukum kepada
masyarakat Indonesia secara luas.
Orang
yang motif berkuasanya tinggi bercirikan:
(1) Sangat aktif menentukan arah
kegiatan organisasi;
(2) Sangat peka terhadap pengaruh
antar pribadi, dan kelompok;
(3) Mengutamakan prestise;
(4) Mengutakan tugas kerja daripada
hubungan pribadi;
(5) Suka memerintah dan mengancam
dengan sanksi
Adapun cara seseorang dalam
mengekspresikan dirinya dalam motivasi ini ada beberapa jenis. Antara lain :
(1) Dengan tindakan yang impulsive dan agresif,
khususnya oleh kaum pria dari golongan ekonomi rendah.
(2) Dengan ikut serta dalam
olahraga kompetitif, seperti hoki, sepak bola, dan bola basket, terutama oleh
orang – orang dari goolongan social ekonomi menengah ke bawah dan mahasiswa.
(3) Dengan bergabung pada organisasi dan kantor saham dalam organisasi
– organisasi ini.
(4) Diantara kaum pria, dengan menjadi peminum dan dominan dalam hal
seksualitas dengan perempuan.
(5) Dengan memperoleh dan mengumpulkan barang milik seperti mobil –
mobil idaman, senjata, kaset stereo yang klasik, berbagai kartu kredit, dan
barang-barang lain.
(6) Mereka berhubungan dengan orang – orang yang kurang popular dan
yang mudah dikontrol karena tergantung pada dirinya untuk persahabatan itu.
(7) Dengan memilih pekerjaan seperti mengajar, diplomat, bisnis, dan
pendeta, pekerjaaan dimana orang dengan nilai tinggi percaya bahwa mereka punya
kesempatan untuk mempengaruhi orang lain.
(8) Dengan membangun dan mendisiplinkan tubuh mereka, ini merupakan
cirri dari wanita karir.
BAB III
Kesimpulan
Motivasi adalah sebuah alasan atau
dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali
disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar
maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari
dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi
dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara
meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita. Pada
dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih
kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.
Motivasi berkuasa adalah suatu
kemampuan atau kapasitas dari seseorang untuk menghasilkan (baik disadari atau
tidak) pengaruh – pengaruh yang diharapkan pada perilaku atau motivasi orang
lain. Orang yang motif berkuasanya
tinggi bercirikan:Sangat aktif menentukan arah kegiatan organisasi; Sangat peka terhadap pengaruh
antar pribadi, dan kelompok; Mengutamakan prestise; Mengutakan tugas kerja
daripada hubungan pribadi; Suka memerintah dan
mengancam dengan sanksi.
DAFTAR PUSTAKA
Benowitz, Ellen A. 2001, Principles of Management, New
York: Hungry Minds
Schemerhorn,
John R, dkk. 2002. Organizational Behavior, 7thEdition. Phoenix
: John Wiley & Sons.
Mullins,
Laurie J. 2005. Management and Organisational Behavior, 7th Edition,
Essex: Pearson Education Limited.
Covington, Martin V. 1992. Making the Grade: A Self-Worth
Perspective on Motivation and School Reform, New York: Cambridge University
Press.
Brophy, Jere E. 2004. Motivating Student to Learn, New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Tileston, Donna Walker. 2004. What Every Teacher Should Know about
Student Motivation, California: Corwin Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar