HUBUNGAN PSIKOLOGI,
SOSIOLOGI DAN OLAHRAGA
Hubungan Psikologi, Sosiologi dan Olahraga
Nama : Rola Angga
Lardika
A. Psikologi
Olahraga
Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya,
mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang
disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan
seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu psikologi
diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi
olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk
membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan
sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam
kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah
untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih
baik dari sebelumnya. Sekalipun Weinberg dan Gould (1995) memberikan pandangan
yang hampir serupa atas psikologi olahraga dan psikologi latihan (exercise
psychology), karena banyak kesamaan dalam pendekatannya, beberapa peneliti lain
(Anshel, 1997; Seraganian, 1993; Willis & Campbell, 1992) secara lebih
tegas membedakan psikologi olahraga dengan psikologi latihan. Weinberg dan
Gould, (1995) mengemukakan bahwa psikologi olahraga dan psikologi latihan
memiliki dua tujuan dasar:
1. Mempelajari
bagaimana faktor psikologi mempengaruhi performance fisik individu
2. Memahami bagaimana partisipasi dalam olahraga dan
latihan mempengaruhi perkembangan
individu termasuk kesehatan dan kesejahteraan hidupnya
Di samping itu, mereka mengemukakan bahwa psikologi
olahraga secara spesifik diarahkan untuk:
1. Membantu para professional dalam membantu atlet
bintang mencapai prestasi puncak
2. Membantu anak-anak, penderita cacat dan orang tua
untuk bisa hidup lebih bugar
3. Meneliti faktor psikologis dalam kegiatan latihan dan
4. Memanfaatkan kegiatan latihan sebagai alat terapi,
misalnya untuk terapi depressi (Weinberg & Gould, 1995).
Sekalipun belum
begitu jelas letak perbedaannya, Weiberg dan Gould (1995) telah berupaya untuk
menjelaskan bahwa psikologi olahraga tidak sama dengan psikologi latihan. Namun
dalam prakteknya biasanya memang terjadi saling mengisi, dan kaitan keduanya
demikian eratnya sehingga menjadi sulit untuk dipisahkan. Tetapi Seraganian
(1993) serta Willis dan Campbell (1992) secara lebih tegas mengemukakan bahwa
secara tradisional penelitian dan praktik psikologi olahraga diarahkan pada
hubungan psikofisiologis misalnya responsi somatik mempengaruhi kognisi, emosi
dan performance. Sedangkan psikologi latihan diarahkan pada aspek kognitif, situasional
dan psikofisiologis yang mempengaruhi perilaku pelakunya, bukan mengkaji
performance olahraga seorang atlet. Adapun topik dalam psikologi latihan
misalnya mencakup dampak aktivitas fisik terhadap emosi pelaku serta
kecenderungan (disposisi) psikologi, alasan untuk ikut serta atau menghentikan
kegiatan latihan olahraga, perubahan pribadi sebagai dampak perbaikan kondisi
tubuh atas hasil latihan olahraga dan lain sebagainya (Anshel, 1997).
Jelaslah kini bahwa psikologi olahraga lebih diarahkan
para kemampuan prestatif pelakunya yang bersifat kompetitif; artinya, pelaku
olahraga, khususnya atlet, mengarahkan kegiatannya olahraganya untuk mencapai
prestasi tertentu dalam berkompetisi, misalnya untuk menang. Sedangkan
psikologi laithan lebih terarah pada upaya membahas masalah-masalah dampak
aktivitas latihan olahraga terhadap kehidupan pribadi pelakunya. Dengan kata
lain, psikologi olahraga lebih terarah pada aspek sosial dengan keberadaan
lawan tanding, sedangkan psikologi latihan lebih terarah pada aspek individual
dalam upaya memperbaiki kesejahteraan psikofisik pelakunya.
Sekalipun demikian,
kedua bidang ini demikian sulit untuk dipisahkan, karena individu berada di
dalam konteks sosial dan sosial terbentuk karena adanya individu-individu. Di
samping itu kedua bidang ini melibatkan aspek psikofisik dengan aktivitas
aktivitas yang serupa, dan mungkin hanya berbeda intensitasnya saja karena
adanya faktor kompetisi dalam olahraga.
B. Sosiologi
Olahraga
Secara umum,
sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dan proses-proses social
yang terjadi di dalamnya antar hubungan manusia dengan manusia, secara individu
maupun kelompok, baik dalam suasana formal maupun material, baik statis maupun
dinamis. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, sosiologi diartikan
sebagai ilmu masyarakat yang mempelajari struktur sosial dan proses
sosial,termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan
antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah sosial (norma), lembaga
sosial, kelompok serta lapisan sosial. Proses social adalah pengaruh timbal
balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik
antara kemampuan ekonomi yang tinggi dengan stabilitas politik dan hukum,
stabilitas politik dengan budaya, dan sebagainya.
Sebagai ilmu
sosial,obyek material sosiologi adalah masyarakat, sedang obyek formalnya
adalah hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia
dalam masyarakat. Konsepsi masyarakat (society) dibatasi oleh unsur – unsur :
• Manusia
yang hidup bersama.
• Hidup
bersama dalam waktu yang relatif lama.
• Mereka
sadar sebagai satu kesatuan.
• Mereka
merupakan suatu sistem hidup bersama yang mampu melahirkan kebudayaan.
Secara khusus,
sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dipandang dari aspek
hubungan antara individu atau kelompok. Hubungan yang terjadi karena adanya
proses sosial dilakukan oleh pelaku dengan berbagai karakter, dilakukan melalui
lembaga sosial dengan berbagai fungsi dan struktur sosial. Keadaan seperti ini
ternyata juga terdapat dalam dunia olahraga sehingga sosiologi dilibatkan untuk
mengkaji masalah olahraga.
Sosiologi olahraga
merupakan ilmu terapan, yaitu kajian sosiologis pada masalah keolahragaan.
Proses sosial dalam olahraga menghasilkan karakteristik perilaku dalam bersaing
dan kerjasama membangun suatu permainan yang dinaungi oleh nilai, norma, dan
pranata yang sudah melembaga. Kelompok sosial dalam olahraga mempelajari adanya
tipe-tipe perilaku anggotannya dalam mencapai tujuan bersama, kelompok sosial biasanya
ada di dalam lembaga sosial, yaitu organisasi sosial. Beragam Organisosial yang
ada ternyata terkait dengan fenomena olahraga.
Heizemann menyatakan bagian dari teori sosiologi yang
dimasukkan dalam ilmu olahraga meliputi:
• Sistem
sosial yang bersangkutan dengan garis sosial dalam kehidupan bersama, seperti
kelompok olahraga, tim, dan klub olahraga lainnya.
• Masalah
figure sosial, seperti figure olahragawan, Pembina, yang berkaitan dengan usia,
pendidikan, dan pengalaman.
Dapat disimpulkan
bahwa olahraga sebagai suatu aktivitas yang melibatkan banyak pihak telah
disikapi secara dinamis dari pemahaman terhadap yang dianggap sebagai aktivitas
primitive untuk mempertahankan hidup berubah menjadi proses sosial yang
menghasilkan karakteristik perilaku dalam bersaing dan bekerja sama membangun
suatu permainan yang dinaungi oleh nilai, norma, dan pranata lembaga. Kajian
sosiologis yang berkaitan dengan kelompok sosial dapat dikenakan pada olahraga
berdasarkan pada beberapa hal yakni situasi kondisi dan struktur, serta fungsi
kelompok olahraga. Sarat dengan situasi dan kondisi yang kental akan persaingan
dan tata aturan yang relative ketat sehingga tercipta rasa senang, santai, dan
gembira.
Berangkat dari
paparan diatas, bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama, persaingan dan
pertikaian, sehingga membutuhkan penyelesaian sementara waktu, menyadari
keterkaitan dan keterikatannya dengan individu lain. Manusia membentuk kelompok
sosial untuk memecahkan masalah hidupnya dengan mengunakan pendekatan ilmu
sosiologi. Olahraga telah diapresiasikn sedemikian tinggi sebagai media untuk
menunjukkan hegemoni, sehingga untuk menyelenggarakan,dan menciptakan para
pelakunya, telah diupayakan berbagai pendekatan dengan melibatkan berbagai disiplin
ilmu, yang disebut pendekatan inter-disiplin adalah pendekatan yang didasarkan
pada pengetahuan dari ilmu psikologo, sosiologi, anatomo, dan fisiologi.
Sedangkan pendekatan cros-disiplin adalah pendekatan yang difokuskan pada ilmu
motor learning, psikologi olahraga, dan sosiologi olahraga.
C. Hubungan
Psikologi, Sosiologi dan Olahraga
Olahraga merupakan aktivitas yang
sangat penting untuk mempertahankan kebugaran seseorang. Olahraga juga
merupakan salah satu metode penting untuk mereduksi stress. Olahraga merupakan
suatu perilaku aktif yang menggiatkan metabolisme dan mempengaruhi fungsi
kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi sistem kekebalan tubuh dalam upaya
mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit. Oleh karena itu, sangat dianjurkan
kepada setiap orang untuk melakukan kegiatan olahraga secara rutin dan
tersetruktur dengan baik.
Dalam
aktivitas olahraga tentu ada aspek positif dan negatifnya. Aspek positifnya ,
yaitu 1) Mampu menggerakkan aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya: adanya
interaksi antar manusia (individu dan kelompok), adanya kegiatan jasa, adanya
penyerapan tenaga kerja. 2) Mampu mengangkat harga diri pelaku olahraga seperti
atlet, pelatih, pembina, organisasi, daerah dan bangsa, kesejahteraan pembina
olahraga, dan martabat bangsa di dunia internasional. Sedang aspek negatifnya,
antara lain seperti masih adanya kecenderungan dari banyak atlet dalam
mengikuti suatu pertandingan menggunakan segala cara dalam upaya memenangkan
pertandingan/perlombaan, misalnya tidak fair play, tidak disiplin,
memanipulasi, melanggar ketentuan (peraturan pertandingan/perlombaa), dan
pemakaian doping.
Berbicara tentang
psikologi, sosiologi dan kaitanya dengan olahraga sebagai fenomena sosial yaitu
hubungannya dengan perkembangan interaksi masyarakat atau anak didik dalam
mengembangkan sosialisasi perkembangan olahraga. Perkembangan pendidikan
olahraga manusia akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial-budaya
masyarakatnya. Sejalan dengan itu, pendidikan olahraga akan terus mengalami
perkembangan sesuai dengan perkembangan ilmu yang semakin tinggi. Banyak
pendapat para tokoh yang memaknai pendidikan yang kemudian berdampak terhadap
peradaban manusia. Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik
antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia atau juga pengembangan,
penyempurnaan dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmaniah manusia
untuk kepentingan pribadi dirinya dan masyarakat serta dalam hubungannya
dengan Allah Yang
Maha Pencipta sebagai tujuan akhir.
Sejalan dengan pendidikan yang penulis
uraikan diatas maka dalam sejarah dan perkembangan pendidikan olahraga di
Indonesia penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia
yang dinamis akan mengakui bahwa tidak hanya mengalami perubahan pikiran dan
kemampuan manusia individu saja bahkan juga mengalami pengaruh zaman dalam
perkembangan ilmu pengetahuan modern. Olahraga memberi kesempatan yang sangat
baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang baik di dalam lingkungan
persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab
dan gembira. Karena itu kita harus memasuki alam pikiran untuk dapat membantu
membuang pikiran yang tidak sehat yang masih bersarang dalam diri untuk secara
sadar membantu gerakan olahraga.
Dalam hal ini prestasilah yang
memegang peranan dan merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Prestasi yang kita miliki selain mengangkat nama dan
mengharumkan derajat bangsa Indonesia di dunia, suatu prestasi yang tinggi oleh
seorang olahragawan Indonesia dapat membangkitkan dalam diri warga negara, rasa
bangga yang sebesar-besrnya, semangat kebangsaan dan jiwa persatuan sehingga
terbangkit kekuatan-kekuatan baru dan mempunyai hasrat yang benar untuk ikut di
dalam gerakan keolahragaan. Maka ilmu psikologi, sosiologi olahraga harus
difahami dan diterapkan oleh masyarakat
terutama para pencinta olahraga agar
semua yang diinginkan dan dicita-citakan
dapat tercapai.